Perang Salib VS Umat Muslim

Historical Story - Terjadinya Perang Salib melawan Umat Muslim

PENGAWALAN Terjadinya Perang Salib Perang Salib merupakan serangkaian konflik atau perang berskala besar yang diinisiasi, didukung, dan kampanyekan oleh Gereja Kristen Latin selama periode abad pertengahan tepatnya pada tahun yang bertujuan untuk merebut kembali  The Holy Land, tanah suci Yerusalem, dan wilayah sekitarnya yang pada saat itu dikuasai oleh beberapa pasukan dan pemerintahan Muslim ... Lanjut kehalaman Selanjutnya

History: Awal Terjadinya Perang salib Melawan Umat Muslim yang dipimpin Sallahudin

Terjadinya Perang Salib Melawan Umat Muslim

Perang Salib merupakan serangkaian konflik atau perang berskala besar yang diinisiasi, didukung, dan kampanyekan oleh Gereja Kristen Latin selama periode abad pertengahan tepatnya pada tahun yang bertujuan untuk merebut kembali  The Holy Land, tanah suci Yerusalem, dan wilayah sekitarnya yang pada saat itu dikuasai oleh beberapa pasukan dan pemerintahan Muslim. Ribuan orang bersumpah untuk melakukan perjalanan ke Yerusalem, dan bertarung demi Kristen. Mereka mengenakan salib pada seragam mereka,

dan nantinya mereka dikenal sebagai setelah pemanggilan Paus Urbanus II di Dewan Clermont pada tahun 1095. Seruan tersebut menyerukan kaum Kristen Eropa untuk melindungi umat Kristen di Timur Tengah dan merebut kembali Yerusalem dari kekuasaan Muslim. Dan seruan itu memicu gelombang keberangkatan tentara salib dari Eropa menuju Timur Tengah. Selama dua abad berikutnya, terjadi beberapa kampanye Perang Salib  yang terdiri dari ekspedisi militer, perjanjian diplomatik, dan konflik bersenjata antara pasukan Kristen dan Muslim.

Beberapa perang salib yang terkenal adalah Perang Salib Kedua yang terjadi pada yang mengalami perubahan tujuan  dari Timur Tengah ke Konstantinopel, dan beberapa perang salib lainnya yang terjadi selama periode tahun 1095 sampai dengan 1291 dengan ambisi dan tujuan yang berbeda beda. Pada video kali ini, kita akan membahas dan mempelajari tentang sejarah bagaimana terjadinya perang salib, apa motivasi dan tujuannya, dan bagaimana konklusi dari salah satu perang terpenting yang terjadi dalam sejarah.

Setelah pasukan Muslim menaklukkan Kekaisaran Bizantium dalam Pertempuran Yarmuk Yerusalem jatuh di bawah kendali dari Kekhalifahan Umayyah, Abbasiyah, dan Fatimiyah. Selama masa ini, hubungan politik, perdagangan, dan toleransi antara negara-negara Arab dan Kristen Eropa mengalami fluktuasi hingga mencapai titik kritis pada tahun 1072. Pada tahun itu, Fatimiyah kehilangan kendali atas Palestina yang sedang berkembang dengan beberapa kampanye dan ekspansinya di Timur Tengah. Bangsa Seljuk dikenal seringkali memberikan gangguan gangguan kepada para pedagang dan peziarah Katolik di daerah perbatasan Palestina,

yang akhirnya menyebabkan beberapa masalah dan juga memicu terjadinya perang Salib di Eropa Barat. Banyak yang beranggapan bahwa perang salib adalah perang suci dimana Kristen Eropa pergi semata-mata ingin melawan agama lain, yaitu Islam, untuk memperebutkan tanah suci Yerusalem. Namun, walaupun memang perang ini dimotivasi oleh agama dan sering digambarkan bahwa peserta Perang Salib percaya bahwa mereka sedang melakukan  tugas suci yang diberikan oleh Tuhan, dan banyak dari mereka yang merasa bahwa partisipasi dalam perang ini akan memberi mereka penebusan dosa dan jaminan keselamatan jiwa,

kita tidak bisa mengatakannya ini sepenuhnya adalah pertempuran dua agama, tapi juga pertempuran ini mungkin terjadi karena faktor-faktor lain seperti kepentingan politik, ekonomi, dan keinginan akan petualangan dan penaklukan. Secara agama, para pejuang salib didorong oleh keyakinan Kristen dan seruan Paus untuk membebaskan Tanah Suci dari kekuasaan Muslim. Namun, banyak juga pejuang salib yang terlibat karena alasan lain, seperti keinginan untuk mendapatkan tanah, kekayaan, atau status sosial.

Selain itu, konflik internal di antara para pejuang salib dan antara berbagai kelompok Muslim menunjukkan bahwa perang ini tidak hanya sekadar pertarungan antara dua agama. Di sisi lain, banyak pihak di dunia Islam tidak melihat Perang Salib semata-mata sebagai perang agama, tetapi sebagai invasi oleh pasukan asing. Selain itu, ada juga konflik internal dalam Islam, seperti antara Sunni dan Syiah, serta antara berbagai faksi dan dinasti, yang mempengaruhi dinamika dari Perang Salib ini. Karena jika ini hanya pertempuran dua agama, maka perang Salib akan terjadi lebih awal di abad ke delapan,

dimana Umayyah, Abbasiyah dan Fatimiyah  masih menguasai tanah itu. Namun, di masa kekhalifahan Islam ini, mereka memiliki kedamaian dengan agama lain, baik itu kristen maupun yahudi, selama mereka membayar pajak. Dan juga adanya penziarahan dan perdagangan Kristen Eropa ke tanah itu memberikan keuntungan bagi perekonomian dinasti Islam pada masa itu. Namun, Seljuk yang menguasai wilayah Yerusalem setelah kekaisaran Islam sebelumnya yang membuat perdamaian ini menjadi kacau, dimana mereka meningkatkan kekerasan di sepanjang rute penziarahan Kristen untuk mengunjungi tempat-tempat suci mereka.

Disisi lain, Kekaisaran Bizantium berhasil memperluas wilayahnya di bawah pemerintahan Basilius II, dengan melakukan serangkaian penaklukan yang di inisiasinya selama setengah abad. Namun, meskipun berhasil memperluas wilayahnya, Basilius II dikenal karena kecenderungannya dalam mengabaikan urusan domestik dan juga gagal dalam mengintegrasikan serta mengorganisir daerah daerah yang baru saja ia taklukan. menjadi awal kekalahan bagi Bizantium, dengan bangsa turki seljuk yang berhasil menguasai sebagian besar daerah Anatolia,

Turki sekarang, dan juga memberikan beberapa konflik internal bagi Bizantium seperti perang saudara, dan juga inflasi yang menguras perekonomian negara. Setelah kehilangan banyak wilayah yang disebabkan oleh invasi bangsa turki seljuk, dan juga diperparah dengan adanya perang saudara. dan memproklamirkan dirinya sebagai Kaisar Alexius I, dan juga mulai mengkonsolidasikan kendali beserta pasukannya dibawah kekuasaannya. dan meminta pasukan tentara bayaran dari Barat untuk membantu menghadapi ancaman Turki,

dan membantu dalam merebut kembali wilayah mereka yang hilang. Permintaan bantuan dari Bizantium ini, bersama dengan faktor-faktor lain seperti masalah peziarah dan keinginan untuk merebut kembali Tanah Suci, Seruan ini direspon dengan antusias oleh banyak bangsawan dan ksatria Eropa, yang memandangnya sebagai kesempatan untuk berjuang demi agama dan mendapatkan kekayaan serta tanah baru. Paus Urbanus II menyerukan umat Kristen Barat untuk mengangkat senjata untuk membantu Bizantium dan merebut kembali Palestina dari kekuasaan Muslim.

Robert the Monk, yang menulis 25 tahun setelah kejadian, menuliskan, Paus Urbanus mengatakan: Seruan ini menjadi titik awal dari Perang Salib pertama hingga berakhirnya perang salib pada tahun 1291. Permohonan Paus Urbanus mendapat tanggapan yang baik di kalangan elit militer maupun warga biasa. Mereka yang memilih untuk bergabung dalam seruan tersebut mulai mengenakan salib sebagai lambang kesetiaan kepada Gereja dan tujuan mereka dalam membantu Bizantium dan juga merebut kembali Yerusalem di Palestina,

dari tangan muslim. Mengalihkan fokus ke Yerusalem merupakan langkah penting, karena Perang Salib pada dasarnya bukan operasi militer, melainkan peziarahan. Dari sudut pandang teologis, Kekristenan tidak memiliki konsep tentang "perang suci" meskipun perang dapat dianggap adil, berperang tidak dianggap sebagai jalan untuk memperoleh keselamatan surgawi, seperti yang mungkin ada di beberapa konsep teologi lain. Namun, peziarahan ke tempat suci dapat memberikan manfaat spiritual bagi peziarah. memiliki pemahaman yang mendalam untuk menyajikan Perang Salib sebagai peziarahan yang disertai dengan aktivitas militer.

Dan dengan itu, the First Crusade, perang salib pertama, terjadi. 4 pasukan Tentara Salib terbentuk dari beberapa wilayah di Eropa Barat, yang dipimpin oleh tokoh tokoh terkenal seperti Sementara itu, sekelompok pasukan dan rakyat yang dikenal sebagai "the People's Crusade", memulai perjalanan mereka lebih awal di bawah komando Ketika kelompok Tentara Salib yang dipimpin Peter tiba di Kekaisaran Bizantium, Kaisar Alexius menekankan agar mereka menunggu kedatangan bangsawan barat lainnya untuk memperkuat pasukan tentara salib.

Namun, Peter dan pasukannya bersikeras untuk melanjutkan perjalanan mereka dan akhirnya mereka yang kekurangan pasukan harus dikalahkan dalam penyergapan yang dilakukan oleh pasukan Turki di luar kota Nicea, dan hanya menyisakan 3 ribu orang yang berhasil melarikan diri dari penyergapan tersebut. Sementara itu, kelompok Tentara Salib  yang dipimpin oleh Pangeran Emicho Tindakan ini memicu kemarahan dan menimbulkan krisis besar dalam hubungan antara komunitas Yahudi dan Kristen. Ketika keempat pasukan utama Tentara Salib tiba di Konstantinopel,

Alexius menekankan agar para pemimpin mereka bersumpah setia kepadanya dan mengakui otoritasnya atas wilayah yang mereka taklukan dari Turki, serta wilayah lain yang mungkin akan mereka taklukkan. Namun hanya Bohémond yang menolak untuk memberikan sumpah tersebut. Pertempuran pertama tentara salib terjadi dalam ketika mereka berhasil masuk ke Antiokhia, mereka mendapat perlawanan dari pasukan Muslim yang dipimpin oleh Kerboga, namun, Bohémond dengan pasukannya berhasil mengalahkannya dan melakukan serangkaian

Setelah merebut Antiokhia, Bohémond dan pasukannya memilih tetap di Antiokhia dan menjaga daerah tersebut dari serangan dari pasukan Muslim lainnya, sementara itu, sebagian anggota tentara salib yang tersisa mulai bergerak ke selatan dan berhasil menaklukan beberapa kota di sepanjang perjalannya. Dengan adanya bantuan dari Genoa, para tentara salib mulai membangun 2 menara, ketapel, dan alat pemecah lainnya untuk menembus pertahanan dari Yerusalem. Di bawah komando Godfrey, para tentara salib mulai melancarkan serangan tersebut

Setelah memasuki Yerusalem, para tentara salib mulai mengambil alih kota tersebut, dengan korban penduduk muslim dan yahudi yang diperkirakan 3 ribu sampai 10 ribu penduduk terjatuh dalam prosesnya. kemenangan di Ascalon menandai akhir dari perang salib pertama dan memperkuat posisi tentara salib di Yerusalem, serta adanya pengangkatan Godfrey sebagai “Advocatus Sancti Sepulchri” atau “Pelindung Makam Kudus”. 4 Negara tentara salib dibentuk untuk mempertahankan wilayah-wilayah yang sudah mereka kuasai,

negara-negara tersebut terdiri dari Kerajaan Yerusalem, Wilayah Edessa, Wilayah Tripoli, dan Kerajaan Antiokhia, dan dikenal dengan nama Outremer. Setelah pembentukan ini, nantinya terjadi beberapa konflik internal dan juga ancaman eksternal dari Muslim yang terkejut atas serangan-serangan ini. Dan dengan itu, para muslim mulai berorganisasi lebih efektif melawan negara-negara Tentara Salib. Dan dengan ini, nantinya, memulai perang Salib kedua. ekspansi tersebut dilakukan oleh bangsa Seljuk untuk bisa menguasai daerah Edessa

dan juga sebagai balasan atas pembantaian yang dilakukan tentara salib terhadap kaum Muslim. Setelah menaklukan kota Edessa, Zangi dan pasukannya mulai melakukan pembantaian terhadap orang Kristen, banyak dari mereka yang dibunuh, diculik dan bahkan sampai dijadikan budak bagi bangsa seljuk. Tindakan ini memicu terjadinya dan juga berhubungan dengan Reconquista dan Perang Salib Utara. Setelah jatuhnya kota Edessa ke bangsa Seljuk, pasukan muslim mulai mengkonsolidasikan kekuatannya di bawah kepemimpinan

yang nantinya dibawah komando dari Salahuddin lah terjadinya penaklukan Yerusalem ke tangan kaum muslim. Perang salib ini direncanakan agar lebih terorganisir dan juga akan dipimpin oleh beberapa raja-raja kuat di Eropa dan beberapa pangeran serta bangsawan yang juga ikut terlibat dalam perang salib kedua. akan tetapi, terjadi pertempuran dari Conrad  dan pasukannya yang melawan dalam pertempuran itu, Conrad dan pasukannya berhasil dikalahkan oleh Manuel I dan membuat mereka harus segera melanjutkan perjalanan ke pantai Bosphorus dan dilanjut menuju Anatolia.

Ketika Conrad dan pasukannya tiba di Anatolia, mereka mulai mendapatkan beberapa serangan dari pasukan Seljuk Akibat dari serangan itu, Conrad dan pasukannya lagi lagi harus dikalahkan oleh bangsa Seljuk yang bahkan hampir menghancurkan seluruh pasukannya. Sementara itu, pasukan Perancis yang dipimpin oleh Louis VII dan bertemu dengan pasukan Conrad di bagian Turki Utara. Setelah Conrad dan Louis bergabung, mereka baru mulai mengkonsolidasikan kekuatannya untuk melakukan serangan balik terhadap pasukan Seljuk.

yang dipimpin oleh Mesud yang juga menimbulkan kerugian yang besar bagi tentara salib, setelah pertempuran itu, mereka melanjutkan perjalanannya ke Antiokhia dengan sisa pasukannya yang sedikit akibat kekalahan dari pasukan Mesud dan adanya beberapa penyakit yang menyerang pasukan tentara salib. dengan tujuan awal mereka untuk merebut kembali Edessa, akan tetapi, dan Knights Templar memiliki rencana yang berbeda dikarenakan mereka sedang mengalami pertempuran dengan Damaskus sejak tahun 1147, dan mengubah tujuan mereka menjadi merebut Damaskus.

akan tetapi pengepungan ini berakhir kekalahan bagi tentara salib yang dikarenakan kurangnya strategi serta adanya bantuan dari Nūr-ad-Din yg membantu mempertahankan Damaskus. yang menyebabkan rusaknya hubungan antar umat Kristen karena kegagalannya dalam menguasai Damaskus. Peristiwa ini menandai akhir dari perang salib kedua, dan juga jatuhnya Yerusalem ke tangan Salahuddin Dan juga, ini menjadi pemicu akan terjadinya perang salib ketiga, atau perang salib para raja. Setelah kegagalan perang salib kedua,

sebagai seruan untuk memulai perang salib ketiga yang dipimpin oleh Kaisar Romawi perang salib ini dimulai dengan tujuan untuk mengambil alih Yerusalem dari tangan Salahuddin. Richard dan pasukannya berangkat menuju Palestina melalui jalur laut, sedangkan Frederick memulai perjalannya bersama pasukannya pada tahun 1189 dan bergerak menuju Palestina melalui jalur darat, akan tetapi, ketika Frederick dan pasukannya melewati Konstantinopel, mereka mendapatkan serangan dadakan dari pasukan aliansi Bizantium

dan Salahuddin yang membuat Frederick kehilangan sebagian pasukannya. kematian Frederick menyebabkan timbulnya masalah internal di dalam pasukannya, karena tanpa adanya pemimpin, mereka menjadi panik dan mudah diserang oleh bangsa seljuk yang mengakibatkan banyak dari mereka dibunuh dan hanya sebagian yang berhasil melarikan diri ke daerah Acre, Palestina. dan mulai mengkonsolidasikan  pasukannya untuk menguasai daerah Acre, tindakan ini, memicu pembalasan dari Salahuddin yang kemudian memerintahkan eksekusi masal

terhadap tahanan kristen sebagai bentuk balasan atas kekejaman yang dilakukan Richard. Kedua belah pihak sebenarnya sama saja. Balas dendam bukanlah bentuk dari keadilan. yang melibatkan pasukan dari Richard dan Salahuddin yang berhasil dimenangkan oleh Richard, pada pertempuran tersebut, pasukan dari Richard berhasil menguasai pantai Palestina tengah, termasuk pelabuhan Jaffa. melihat hal ini, Richard memerintahkan pasukannya untuk maju sejauh 12 mil dari Yerusalem sebelum mereka terpaksa mundur kembali ke pantai.

bersikeras untuk melakukan serangan langsung ke Yerusalem. Namun, pandangan ini memecah belah tentara salib menjadi dua faksi yang tidak memiliki kekuatan cukup untuk mencapai tujuan mereka. Tanpa komando yang bersatu, tentara salib tidak memiliki pilihan selain mundur kembali ke pantai. setelah pertempuran melawan tentara salib. Namun, pasukan Richard menyerbu Jaffa dari laut dan berhasil mengusir pasukan Salahuddin dari kota tersebut, dan memaksa Salahuddin untuk menarik pasukannya. Perjanjian ini menetapkan bahwa Yerusalem akan tetap berada di bawah kendali Muslim,

sementara itu, peziarah dan pedagang Kristen yang tidak bersenjata akan diizinkan untuk mengunjungi kota tersebut secara bebas. Dengan itu, Perjanjian Jaffa menjadi titik akhir dari Perang Salib Ketiga, dan mengakhiri pertempuran antara pasukan Kristen dan Muslim. Namun, saat pasukannya dalam perjalanan menuju Palestina, Para bangsawan yang tersisa berhasil merebut sebagian pantai Levant antara Tirus dan Tripoli sebelum mereka kembali ke Jerman. setelah tentara salib merebut kembali kota-kota penting seperti Sidon dan Beirut.

yang merupakan sebuah kampanye militer Kristen Latin yang diinisiasi oleh dengan tujuan utama mereka untuk merebut kembali kota Yerusalem yang berada di bawah kekuasaan kaum Muslim. Namun, terjadi serangkaian peristiwa ekonomi dan politik yang mengarah pada Penjarahan Konstantinopel mengakibatkan terpecahnya Kekaisaran Bizantium menjadi tiga negara yang berpusat di Nicea, Trebizond, dan Epirus. Hal ini menyebabkan terjadinya Partitio terrarum imperii Romaniae, yang kemudian dikenal sebagai periode Frankokratia

yang dalam bahasa Yunani berarti Kekuasaan kaum Frank. Perang Salib Keempat secara signifikan memperkuat Skisma Timur-Barat, yaitu perpecahan besar antara gereja katholik roma dan gereja othodox timur dan memberikan pukulan telak bagi Kekaisaran Bizantium. Hal ini berkontribusi pada kemunduran dan kejatuhan kekaisaran tersebut serta meningkatkan ketidakstabilan di wilayah tersebut. Penjarahan Konstantinopel dan dampaknya bersamaan dengan ribuan kematian, menyebabkan kelemahan wilayah tersebut terhadap serangan dari luar.

Selain itu, kekaisaran juga kehilangan kendali atas sebagian besar wilayah Balkan, Anatolia, dan kepulauan-kepulauan disekitarnya, yang membuatnya rentan terhadap invasi oleh beylik Turki kecil yang kemudian membentuk Kesultanan Ottoman, yang nantinya berhasil mengambil alih Konstantinopel. melanjutkan upaya mereka dalam merebut kembali Yerusalem dan seluruh wilayah Palestina dengan cara menaklukan Mesir yang pada saat itu dipimpin oleh namun upaya mereka gagal dan  kota tetap berada di bawah kendali Muslim.

pasukan Jerman di bawah pimpinan Oliver dari Köln, serta pasukan campuran dari Belanda, Flandria, dan Frisia yang dipimpin oleh Willem I, Comte Holandia, bergabung dalam tentara salib untuk menyerang Damietta di Mesir. akan tetapi mereka terpaksa harus mundur karena kekurangan pasokan, dan pada saat itu langsung melakukan serangan dadakan dan juga berhasil mengalahkan tentara salib Meskipun tentara salib masih memiliki pengaruh yang kuat di Damietta, namun, mereka mengusulkan penarikan pasukan dari kota

dan melakukan gencatan senjata selama delapan tahun kepada Sultan sebagai bagian dari kesepakatan. Dalam perjanjian itu, mereka menawarkan untuk membiarkan pasukan Tentara Salib melintasi wilayah tersebut, membebaskan tahanan, dan mengembalikan relik Salib. Sebelum penyerahan Damietta dilakukan, kedua belah pihak setuju untuk menyandera beberapa tokoh penting, serta seorang putra al-Kamil dari Mesir. dan juga mengakhiri perang salib kelima dengan kegagalan bagi pihak tentara salib. sebagai upaya untuk merebut kembali Yerusalem setelah kegagalan Perang Salib Kelima,

akan tetapi dengan fokus utama pada perjanjian diplomatik Friedrich II dengan Sultan Al-Kamil Kesepakatan tersebut mengakibatkan Yerusalem diserahkan kepada kendali Kristen dan dengan syarat bahwa peziarah Muslim diperbolehkan dengan bebas memasuki kota itu tanpa adanya gangguan dari orang Kristen. Dan dengan perjanjian itu juga, Perang Salib Keenam berhasil dimenangkan oleh pihak tentara salib melalui jalur diplomasi dan juga mengembalikan Yerusalem ke kekuasaan Kristen, hal ini menciptakan preseden atau contoh penting dalam mencapai keberhasilan perang salib

tanpa harus melibatkan keterlibatan langsung dari kepausan dan juga tanpa harus mengorbankan banyak darah dalam prosesnya. Frederick II dan Sultan al-Kamil mencapai gencatan senjata selama sepuluh tahun. Namun, pada tahun 1234, Meskipun beberapa bangsawan Inggris dan Perancis memutuskan untuk berangkat, akan tetapi keberangkatan perang salib tertunda karena Frederick menentang aktivitas perang salib sebelum berakhirnya gencatan senjata tersebut. sehingga sebagian besar tentara salib menghindari wilayahnya dalam perjalanan menuju Palestina.

ia mulai terlibat dalam perang saudara di antara kaum Ayyubiyah. Theobald kemudian memutuskan untuk memperkuat Ascalon untuk melindungi perbatasan selatan kerajaan dan kemudian bergerak melawan Damaskus. Namun, ketika pasukan Tentara Salib bergerak dari Acre ke Jaffa, mereka dihadapkan dengan pasukan Mesir yang menyebabkan terjadinya Pertempuran Gaza. Setelah pertempuran yang itu, Theobald berhasil merundingkan kembalinya Yerusalem dengan bantuan perselisihan internal di kalangan kaum Ayyubiyah.

dan pada musim dingin di tahun yang sama, ia kembali dan dimahkotai sebagai kaisar. Baldwin kemudian melakukan perang salibnya sendiri dan berhasil merebut beberapa benteng di sekitar Konstantinopel. Meskipun Perang Salib Baron berhasil memperluas wilayah Kristen di Palestina, keberhasilan tersebut hanya bertahan beberapa tahun kemudian. merupakan kampanye pertama dari dua Perang Salib yang dipimpin oleh Louis IX. Tujuannya adalah merebut kembali Palestina dengan menyerang Mesir, pusat kekuatan Muslim di Timur Tengah yang saat itu dikuasai oleh

Perang Salib ini dilakukan sebagai tanggapan terhadap kemunduran Kerajaan Yerusalem, bersama dengan perang salib Prusia melawan Kaisar Frederick II dan serangan Mongol. Ketika kesehatannya pulih, ia memenuhi sumpahnya dan segera memulai persiapan. yang memimpin pelaksanaan Perang Salib baru di bawah komando Louis. Ketika Roma dikepung oleh Frederick, Paus juga mengeluarkan Ad Apostolicae Dignitatis Apicem, yang secara resmi memperbarui hukuman ekskomunikasi terhadap kaisar dan mencabut tahtanya dari kekaisaran dan Napoli.

Upaya perekrutan di bawah  Kardinal Odo dari Châteauroux sulit dilakukan, ketika Louis meninggalkan Paris dengan lambang peziarah. Mereka diikuti oleh sejumlah bangsawan lainnya. As-Salih Ayyub melakukan kampanye di Damaskus ketika kaum Frank menyerbu karena ia memperkirakan Tentara Salib akan mendarat di Suriah dan mempercepat pasukannya kembali ke Kairo, untuk memimpin pasukan untuk melindungi Damietta dan mengantisipasi invasi. Dalam pertempuran tersebut, komandan Mesir memutuskan untuk mengevakuasi kota,

dan dengan kesempatan ini, tentara salib berhasil menguasai kota Damietta dalam pertempuran tersebut. menyembunyikan berita tersebut dan juga memalsukan dokumen yang menunjuk putranya, Louis juga harus melepaskan kekuasaannya di Damietta dan harus membayar beberapa tebusan agar dia bisa dibebaskan dari tahanan pasukan Turanshah. Dengan itu, hal Ini dianggap sebagai akhir dari Perang Salib Ketujuh. Setelah kekalahan Tentara Salib di Mesir, Louis IX tetap berada di Suriah hingga tahun 1254 untuk mengkonsolidasikan negara-negara Tentara Salib.

Namun, Ancaman bangsa Mongol mendorong Qutuz, salah satu pemimpin Mamluk, Bersama dengan Baibars, mereka berhasil mengalahkan bangsa Mongol di Ain Jalut. Baibars kemudian menguasai Damaskus dan Aleppo sebelum mengambil alih kendali setelah kematian Qutuz. Tujuannya adalah mencegah aliansi antara bangsa Latin dan Mongol dan mempertahankan akses terhadap pasokan budak dari Rusia. Selama periode ini, konflik di negara-negara Tentara Salib berlanjut, akan tetapi upayanya gagal karena banyaknya tentara salib yang terkena penyakit,

dan menandai berakhirnya Perang Salib yang bertujuan untuk membebaskan Yerusalem dan Palestina. Perang Salib adalah kegagalan total dalam mendirikan kerajaan-kerajaan Kristen di Tanah Suci Yerusalem dalam jangka panjang. Dan dengan kedatangan Ottoman, wilayah tersebut tetaplah kuat sebagai wilayah Muslim, seperti yang sebagian besar terjadi pada saat ini. Perang Salib juga mempunyai konsekuensi yang cukup besar bagi semua pihak yang terlibat. Selain kematian, kehancuran, dan kesulitan yang diakibatkan oleh perang,

perang juga mempunyai dampak politik, ekonomi dan sosial yang bahkan bertahan sampai tahun-tahun setelahnya. Tak hanya itu, gagasan Perang Salib juga digunakan untuk memberikan pembenaran agama atas penaklukan Dunia Baru pada abad ke-15 dan ke-16. Pada saat yang sama, Perang Salib memang memiliki dampak signifikan dalam memperkuat rasa identitas dan kesatuan budaya di Eropa. Misi bersama untuk merebut Tanah Suci dari kekuasaan Muslim mendorong rasa solidaritas di antara bangsa-bangsa Eropa yang berbeda,

yang mulai melihat diri mereka sebagai bagian dari komunitas Kristen yang lebih besar. Walaupun adanya konsekuensi negatif nantinya seperti peningkatan xenofobia terhadap minoritas seperti Yahudi dan Islam di Eropa, bahkan hingga sekarang. Namun, perkembangan tatanan militer dan kesatriaan yang terjadi sebagai hasil dari Perang Salib memiliki dampak jangka panjangnya. Konsep kesatriaan, kode etik, dan nilai-nilai keberanian yang dipromosikan selama Perang Salib menjadi bagian integral dari budaya Eropa dan membentuk struktur sosial dan militer di berbagai negara.

Dan walaupun secara tidak langsung dan memiliki jarak waktu yang lama, mungkin saja, bisa saja, interaksi ini yang pada akhirnya meningkatkan kesadaran Eropa akan kemajuan keilmuwan di dunia Islam, seperti matematika, astronomi, kedokteran dan filsafat. Yang pada akhirnya memperkaya intelektual eropa dan membawanya keluar dari abad pertengahan menuju abad pencerahan, Renaisans.


Selamat Datang di Historical Story

Jika anda membutuhkan bantuan kami silahkan Hubungi kami Team Tokko Official atau membutuhkan bantuan lain seperti dibawah ini:

Posting Komentar

Send Question via WhatsApp

ada yang bisa kami bantu?

Kami bekerja dari senin - Sabtu jam 08.00 s/d 17.00 (GMT +7)

Perang Salib VS Umat Muslim https://historicals-story.blogspot.com/2025/01/perang-salib-vs-umat-muslim.html
Total ( 0 Order License ) 0
No product On Your cart...