Bagaimana Cara Oppenheimer Menjadi Penghancur Dunia? Pada akhir Perang Dunia ke-2, terjadi sebuah peristiwa besar, sebuah tragedi kemanusiaan, yang membuka mata dunia, yang menyadarkan manusia bahwa dunia tidak akan sama lagi. Amerika Serikat menjatuhkan bom atom uranium jenis bedil yang diberi nama Little Boy, nama yang cukup imut untuk sebuah senjata pemusnah masal.
Bom ini di jatuhkan di Hiroshima. Presiden Amerika Serikat, Harry S. Truman meminta Jepang menyerah 16 jam kemudian dan memberi peringatan akan adanya Namun, saat itu Jepang memilih untuk terus bertahan dan melawan. Lalu, Amerika Serikat menjatuhkan bom plutonium jenis implosi bernama Fat Man di Nagasaki, yang membuat Jepang menyerah tanpa syarat. Nah, kali ini, kita tidak akan membahas tentang Perang Dunia ke-2 secara keseluruhan Tetapi, kita akan membahas sesuatu yang tersembunyi di balik layar, yang melibatkan seorang tokoh terkenal, Oppenhaimer.
Kita akan membahas peristiwa terciptanya bom atom, sesuatu yang kelak akan dikenal sebagai Proyek ini terbentuk sebenarnya berawal dari kekhawatiran pemerintah Amerika Serikat terrhadap kemungkinan Jerman Nazi mengembangkan senjata nuklir yang dapat mengubah dinamika perang. Sekitar akhir tahun 1930-an. Pada saat itu, terdapat dua ilmuwan Jerman, seorang ilmuwan Austria, berhasil menemukan bahwa penyerapan neutron dapat menyebabkan terpecahnya atom-atom uranium. Ketika laporan tentang penemuan ini tersebar, melihat potensi besar yang bisa dihasilkan jika penemuan ini diterapkan dalam bidang kemiliteran. Fermi kemudian menghubungi Angkatan Laut Amerika Serikat dan mengusulkan pembuatan senjata atom.
Namun, tanggapan dari pemerintah Amerika Serikat baru didapatkan beberapa bulan kemudian, setelah Albert Einstein menulis sepucuk surat kepada Presiden AS kala itu, Franklin D. Roosevelt. Dalam surat tersebut, Einstein memperingatkan bahwa Jerman diduga sedang mengembangkan proyek bom atom yang memiliki potensi destruktif yang sangat besar. Hal ini lah yang mendorong Presiden Roosevelt untuk membentuk Komite Penasihat Uranium pada tahun 1940. mengambil langkah yang cukup drastis. yang akan menggetarkan tatanan dunia.
Dalam mengembangkan proyek ambisiusnya ini, ia menjalin kolaborasi dengan Perdana Menteri Inggris, Winston Churchill. Dan seperti lonceng yang berdenting, serangan Jepang yang menghujani Pearl Harbor menjadi cambuk kuat yang mendorong Amerika Serikat untuk segera menggelorakan proyek perancangan bom yang memiliki kekuatan paling dahsyat. Keesokan harinya, Amerika Serikat melompat masuk ke dalam perang besar, Perang Dunia II, dan saat itu jugalah gelombang dana yang begitu deras mulai mengalir untuk membangun senjata nuklir yang bakal mengubah takdir.
Bayangan yang tersembunyi itu akhirnya memperoleh wujud nyata dalam nama Proyek Manhattan. Dua sosok yang mengemban misi kepemimpinan dalam proyek ini adalah Menghiasi pula barisan para elit adalah yang telah menghancurkan kota Hiroshima dan Nagasaki pada Perang Dunia II. Ia sering disebut-sebut sebagai "Bapak" Bom atom. Oppenheimer adalah anak dari generasi pertama imigran Yahudi Jerman yang menjadi kaya melalui perdagangan tekstil dan di saat yang sama, Ibunya merupakan seorang pelukis.
Menurut Bird dan Sherwin, penulis biografi yang telah meraih banyak penghargaan dengan karyanya yang berjudul Rumah keluarga Oppenheimer adalah sebuah apartemen besar di Upper West Side dengan tiga pelayan, seorang sopir, dan terdapat karya seni Eropa yang terpajang di dinding rumahnya. Namun, terlepas dari asuhan yang mewah ini, Oppenheimer dikenal sebagai orang yang murah hati oleh teman masa kecilnya.
Seorang teman sekolah, Jane Didisheim, mengingatnya sebagai seseorang yang Saat memasuki tahun terakhir sekolah di Sekolah Budaya dan Etik, minatnya dalam ilmu kimia muncul. Pada usia 18 tahun, ia melanjutkan studi di Universitas Harvard dengan jurusan Kimia. Di kampus ini, ia dipertemukan dengan mata kuliah tentang termodinamika yang menarik perhatiannya dan menginspirasinya untuk mengeksplorasi lebih jauh ke dalam fisika eksperimental. Bird dan Sherwin juga menyebut Oppenheimer sebagai Dia adalah seorang ilmuwan, tetapi sebagian temannya yang lain pernah menggambarkannya sebagai Pada tahun 1924, Oppenheimer diterima di Universitas Cambridge.
Disana, ia semakin terbenam ke dalam ilmu Fisika hingga teman-temannya menyebut Oppenheimer sebagai seseorang yang memiliki kecenderungan untuk merusak diri sendiri, dikarenakan ia menghabiskan waktunya untuk merokok dan berpikir yang dalam tentang Fisika. Disebutkan pula bahwa ia sampai-sampai jarang makan dan tidur. Oppenheimer kemudian pindah ke Universitas Gottingen, yang merupakan pusat Fisika Teori termasyhur di dunia dan ia berhasil meraih gelar Ph.D. Dan pada tahun 1927, ia kembali ke Harvard untuk mempelajari fisika matematika dan menjadi anggota Dewan Riset Nasional.
Dan pada awal tahun 1928, ia melanjutkan studinya di Institut Teknologi California. Oppenheimer, merupakan sosok yang dihormati sebagai pionir dalam mendirikan sekolah fisika teoretis Amerika. Ia mengukir namanya dalam berbagai bidang penelitian yang mengagumkan. Oppenheimer meneliti secara mendalam tentang astrofisika, fisika nuklir, spektroskopi, dan teori medan kuantum. Kontribusinya yang luar biasa dalam teori hujan sinar kosmik menjadikannya sosok yang mengemuka, serta perannya yang tak ternilai dalam mengembangkan pemahaman tentang fenomena penerowongan kuantum.
Tidak hanya itu, pada tahun 1930-an, dia menorehkan sejarah sebagai orang pertama yang mengajukan gagasan tentang, eksistensi apa yang kini kita kenal sebagai lubang hitam, atau Black Hole. Dan ketika Perang Dunia II dimulai, Oppenheimer dengan penuh semangat terlibat dalam upaya mengembangkan bom atom, yang telah menghabiskan sebagian besar waktunya di fasilitas Laboratorium Radiasi Lawrence di Berkeley. yang menjadi pusat dari Proyek Manhattan. Pada awalnya, Proyek Manhattan tidak dirancang untuk mengembangkan bom, melainkan meriam nuklir. Cara kerja dari meriam ini cukup rumit karena harus membenturkan dua massa plutonium berkecepatan tinggi dalam bom atom. Alhasil, pembuatan meriam ini tidak diteruskan karena dianggap terlalu sulit bagi para ilmuwan kala itu. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, dan mempekerjakan lebih dari 100.000 fisikawan ternama baik dari Amerika Serikat, Inggris, dan Kanada dalam prosesnya.
Mereka bekerja sama untuk mempelajari dan memahami mekanisme reaksi fisi nuklir, pemisahan isotop, dan desain prototipe bom atom. Robert Oppenheimer dan ilmuwan terkenal seperti, Enrico Fermi, dan Richard Feynman terlibat dalam riset dan desain ini. Dalam otobiografinya tahun 1979, What Little I Remember, fisikawan kelahiran Austria Otto Frisch mengenang bahwa Proyek Manhattan terbilang sangat besar. Tercatat hingga 1944, yang lebih dari 90 persen biayanya digunakan untuk membangun gedung penelitian dan memproduksi bahan fisil. Sedangkan 10 persen lainnya digunakan untuk pengembangan dan produksi senjata.
Meskipun penelitian ini dilakukan di lebih dari 30 lokasi yang tersebar di Amerika Serikat, Inggris, dan Kanada. Namun, Tiga 'kota rahasia' dipilih sebagai pusat dari penelitian tersebut, Oppenheimer sendiri mengawasi pembangunan dan administrasi laboratorium di Los Alamos, sebuah gurun kering yang luas di New Mexico. Setelah pembangunan selesai, ia membawa para ahli fisika terbaik untuk mengerjakan cara membuat bom atom.
Pada akhirnya, Oppenheimer mengelola lebih dari 3.000 orang sambil menangani masalah teoritis dan mekanis yang muncul selama pembuatan bom atom. Proyek Manhattan diketahui mengembangkan dua jenis bom atom secara bersamaan, yaitu sebagian besar dikerjakan di Oak Ridge, Tennessee. Oppenheimer adalah jantung emosional dan intelektual dalam Proyek Manhattan: lebih dari siapapun dia telah membuat bom atom itu menjadi kenyataan. yang bekerja bersamanya setelah perang, meyakini bahwa tak ada orang lain yang mampu melakukannya.
Seperti yang tertulis dalam biografinya pada tahun 2004, Tentu saja, ketika dihadapkan dengan proyek sebesar ini, belum lagi ketika menyangkut pengembangan senjata nuklir yang berbahaya, resiko adanya kecelakaan kerja tidaklah kecil. Melalui laporan-laporan yang ada, terungkap bahwa Namun, terdapat dua kisah tragis ilmuwan yang mengguncang Proyek Manhattan, menorehkan jejak kepedihan yang memilukan. dia secara tak sengaja menjatuhkan bata tungsten carbide ke rakitan inti plutonium, dan akhirnya melepas batu bata tersebut, yang kemudian melibatkan reaksi tak terkendali.
Akhirnya, ia terkena dosis radiasi mematikan, menderita selama sebulan penuh di lorong rumah sakit, sebelum akhirnya dia meninggal. mengalami kecelakaan setelah obeng yang ia gunakan untuk memodifikasi bagian atas atas reflektor berilium neutron yang berada di atas inti uranium tergelincir. Setengah inti atom jatuh dan sang ilmuwan terpapar radiasi mematikan yang mengantarkannya ke pintu kematian dalam waktu sembilan hari. Akhirnya, pasca dua kematian ini, inti plutonium itu disebut sebagai "inti setan."
Harry Truman yang baru saja menggantikan Roosevelt sebagai Presiden AS, segera mempelajari Proyek Manhattan. yang dinamakan Trinity di dekat Alamogordo, New Mexico. Tidak diketahui pasti kenapa Oppenheimer memilih nama "Trinity" untuk lokasi pengujiannya. Namun, pada tahun 1962, pemimpin Proyek Manhattan Jenderal Leslie Groves menulis kepada Oppenheimer, ia menanyakan tentang asal usul nama Trinity. Menurut salinan surat yang merupakan bagian dari koleksi Pusat Riset Keamanan Nasional Lab, Oppenheimer berkata Bahwa Oppenheimer kemudian mengutip soneta tentang seorang pria yang tidak takut mati karena dia percaya pada kebangkitan.
Oppenheimer melanjutkan, Ketika menyangkut tempat dan keadaan medan saat pengujian, para ilmuwan menginginkan visibilitas yang baik, kelembaban yang rendah, angin sepoi-sepoi di ketinggian rendah, dan angin barat di ketinggian tinggi untuk pengujian. Cuaca terbaik diprediksi antara 18 dan 21 Juli, tetapi Konferensi Postdam akan dimulai pada 16 Juli dan Presiden Harry S. Truman ingin pengujian dilakukan sebelum konferensi dimulai.
Maka dari itu, Trinity dijadwalkan diledakkan pada tanggal 13 Juli, tetapi karena cuaca buruk, percobaan itu tidak jadi dilaksanakan. Tes dijadwalkan jam 4 pagi, tetapi saat itu turun hujan dan akhirnya peledakan dilakukan pada pagi hari Ketika bom akhirnya diledakkan di atas menara baja, kilatan cahaya kuat menerangi pegunungan di sekitarnya yang dikatakan lebih terang dari siang hari dan berlangsung selama satu hingga dua detik. Kemudian disusul datangnya gelombang panas yang tiba-tiba diikuti oleh ledakan suara yang menggema di lembah.
Sebuah bola api merobek langit dan kemudian dikelilingi oleh awan jamur raksasa yang membentang mencapai ketinggian 7,5 mil atau sekitar 12,1 km dan gelombang kejutnya dapat dirasakan hingga 160 kilometer jauhnya. Dengan kekuatan yang setara dengan sekitar 21.000 ton TNT, bom tersebut benar-benar melenyapkan menara baja tempatnya bersandar. Ledakan itu meninggalkan kawah sedalam 4.7 kaki atau 1.4 m dan selebar 330 m.
Kawah tersebut melumerkan pasir gurun dan mengubahnya menjadi lapisan kaca hijau tipis, yang kemudian disebut trinitit. Saat menyaksikan ledakan itu, Oppenheimer kemudian mengenang bahwa dia memikirkan sebuah ayat dari kitab suci Hindu, Bhagavad Gita (XI,12): Peristiwa ini, menandai dimulainya sebuah era baru yang disebut, "era nuklir." Banyak yang menganggap proyek Manhattan sebagai proyek gagal. Bagaimana tidak, biaya proyek yang jauh melebihi anggaran yang ditetapkan, belum lagi kematian ilmuwan saat prosesnya. Namun, pemerintah AS sendiri menganggapnya sukses.
Mau bagaimanapun, Proyek ini dilahirkan dengan tujuan yang jelas, yaitu membekali Amerika Serikat untuk melawan keganasan Nazi Jerman dan ancaman mematikan dari Jepang dalam Panggung Perang Dunia II. Tentu, jika kita melihat dalam perspektif tersebut, proyek ini pastinya berhasil. Namun, perlu diingat bahwa proyek ini hanya menghasilkan dua bom atom saja. Kedua bom yang dihasilkan dalam proyek ini masing-masing diberi nama kemudian selang beberapa hari setelahnya, tepatnya pada tanggal 9 Agustus 1945, Kehancuran yang dibawa oleh kedua bom ini tidaklah main-main.
Jumlah korban ini masih merupakan perkiraan kasar dikarenakan seperti yang dijelaskan oleh dari University of Pennsylvania, ia menulis di dalam bukunya, Ketika bom atom dijatuhkan di Hiroshima, dampaknya begitu dahsyat sehingga sebagian besar mayat yang berada di dekat hiposenter atau titik ledakan terkuat benar-benar terbakar atau hancur menjadi abu akibat suhu yang sangat tinggi. Bahkan ada beberapa kasus di mana tubuh manusia menguap akibat panas dari energi yang dilepaskan. Selain itu, banyak mayat korban yang hanyut ke laut setelah serangan tersebut.
Beberapa korban yang sekarat dan mencoba mencari bantuan di sungai-sungai di sekitar Hiroshima akhirnya meninggal dan jasad mereka terbawa oleh arus sungai menuju laut. Kondisi ini menyebabkan kesulitan dalam menghitung jumlah korban dengan presisi. Kejadian ini jugalah yang nantinya mendorong negara-negara besar untuk berlomba-lomba menciptakan senjata nuklir, khususnya selama Perang Dingin, antara Amerika serikat dan Uni soviet. dalam “The 'Gita' of J. Robert Oppenheimer, mengungkapkan bahwa, ternyata ia tetap tak bisa membohongi dirinya sendiri. Sekitar dua dasawarsa setelah ledakan bom atom di Los Amos pada 16 juli 1945. Pada suatu acara wawancara TV, Oppenheimer menegaskan, dalam blognya : Mau bagaimanapun, Oppenheimer berbeda dari Arjuna yang legowo menunaikan tugasnya untuk membasmi habis 100 Kurawa. Sejak Agustus 1945 sampai akhir hayatnya, justru terus dihantui rasa bersalah atas karyanya berupa dua bom atom yang menewaskan ratusan ribu manusia di Hiroshima dan Nagasaki.
Karyanya yang terus menghantui semua orang setelahnya, baik itu pada perang dingin. Maupun pada detik ini. Sejauh ini, setelah mengetahui keganasan dan cerita di balik pembuatan senjata pemusnah massal tersebut, kita pun sampai pada pertanyaan, dan pertanyaan yang lebih besar,